 |
Landmark di Waduk Cengklik |
Kata orang weekend itu mesti liburan, refreshing
cari udara segar untuk menyegarkan otak. JJJ
memang benar juga. Sudah beberapa minggu tidak keluar cari hiburan, dan
kebetulan juga menjadi minggu yang agak menyebalkan dengan problema sekitar
yang kadang membuat dongkol. Sudahlah, tak perlu disesali apa yang terjadi,
begitu kata seorang penyanyi siapa namanya saya tak hafal. Akhirnya sempat
tertunda beberapa kali karena lupa tidak memasukkan kamera ke dalam tas kerja maka,
kali ini saya sempatkan menyiapkannya sedari pagi. Kamera, siap sudah bersantai
dalam tas. Tinggal nanti pergi menuju tempat-tempat yang ingin dikunjungi.
 |
Tiruan Pegunungan Alpen (he he) |
 |
Volume air waduk yang surut |
 |
Permukaan air yang ditumbuhi eceng gondok |
 |
Volume air |
 |
Tanggul yang baru diperbaiki |
Benar saja, tak disangka. Ketika
semua sudah siap dan siap hujan malah turun. Mungkinkah gagal total? Oh…………
tentu tidak,…… Tuhan itu pasti lebih pintar dari ciptaan-Nya. Dia tahu kalau
hamba-Nya yang jenuh ini butuh hiburan dan penyegaran dengan mengunjungi
tempat-tempat yang bisa membuat otak lebih segar… JJJ karena hujan
hanya turun di satu tempat sedangkan tempat yang lain masih kering. Meneruskan
niat, langsung saja kupacu kencang motor menuju salah satu obyek wisata local
di Kabupaten Boyolali. Di tanah kelahiran saya.
Wisata Lokal yang Terlupakan?
Salah satu obyek wisata local
yang berada di wilayah Kabupaten Boyolali yakni Waduk Cengklik, yang menjadi
salah satu sumber irigasi untuk area persawahan di sekitarnya. Pertama masuk
memang sedikit kaget, maklum meskipun rumah saya dekat dengan situs wisata ini
tapi saya malah jarang mengunjunginya. Hanya akan datang mengunjunginya ketika
ada event-event tertentu. Dulu,
ketika saya masih di bangku SD dan SMP sering mengunjunginya. Hampir setiap
minggu bersepeda ke sana bersama teman-teman. Semakin ke sini, semakin jarang
dan kali ini saya tiba-tiba kangen dengan situs ini.
 |
Pintu masuk yang terhitung mengerikan |
 |
Jalan masuk yang sudah mulus |
Hal yang membuat kaget adalah
ketika sampai di sepanjang jalan masuk. Wow! Jalannya sudah diperbaiki
saudara-saudara JJJ
(soalnya terakhir ke tempat ini jalan masuk masih jelek dan hampir semua
aspalnya mengelupas sehingga kerikil di mana-mana). Lagi-lagi saya dikejutkan
dengan keadaan pos penjagaannya telah ambruk
dan petugas hanya duduk di kursi kayu. Dengan biaya masuk dua ribu rupiah
memang terhitung murah. Langsung saja kukeluarkan kamera saku dari tasku untuk
membidik gambar-gambar yang bisa saya share
dengan sobat semua.
 |
Kemesraan makhluk berkaki empat |
 |
Sisi lain dari Waduk Cengklik |
 |
Bersampan sore |
Sayangnya saya ke sini di waktu
memasuki musim panas seperti ini, sehingga rumputnya tidak sehijau ketika
terakhir saya ke sini di musim penghujan. Tapi ya sudahlah, tetap saja ada
hal-hal yang membuat kagum karena ketika sampai di sana langsung terasa hawa
sejuk khas Waduk Cengklik, he he he. Langsung saja saya berlari menuju tangga
favorit saya, tangga besar di tengah-yang merupakan tangga utama- (serasa
menaiki tangga menuju ke panggung akbar, juga mengingatkan kembali ketika
meniti tangga-tangga di Candi Borobudur, Magelang JJJ.
 |
Stairway to Heaven ( he he) |
 |
Landscape yang paling kusuka |
Ketika sampai di atas…. Waduh….
Terasa aneh, karena tanggul yang dulu terbuat dari lempengan batu ternyata
sudah berubah ya..??? wah berapa tahun tidak kesini? Sepertinya baru beberapa
bulan yang lalu JJJ
Jalan yang ada di atas tanggul masih
dalam proses perbaikan so suara deru
alat berat yang dipakai menemaniku sore itu. Meski begitu, sejauh mata
memandang saya tetap menemukan keindahan-keindahan yang membuatku mengucap Subhanallah tiada hentinya. Terus,
berjalan menyusuri sepanjang tanggul sambil melihat bentangan hijaunya eceng
gondok yang kini menyelimuti air di bawahnya. Suasana yang sedikit mendung
menambah indahnya pemandangan karena tidak terasa panas. Tak heran banyak warga
sekitar yang menghabiskan waktu mereka dengan hanya melihat-lihat indahnya
suasana sore, memancing, bersampan di tengah waduk, atau bahkan menggembala
ternak mereka. Mantap! Bukan Cuma manusia yang bisa menikmati suasana ini,
kambing pun ikut bermesraan JJJ
 |
Warga sekitar |
Indah dan syahdu sebenarnya
suasana yang tercipta di Waduk Cengklik ini, tapi sayang, meski begitu masih
saja ada pemandangan yang membuat saya miris. Tempat ini sudah dipenuh dengan
mural tak jelas. Beruntung kalau mural itu berbentuk sebuah karya seni, lha
ini? Hanya tulisan-tulisan nggak jelas dari tangan-tangan jahil tak bertanggung
jawab yang merusak keindahan.
Rindang dan Romantis
He he, rindang itu kalau menurut
saya. Tapi kalau romantis itu kata mereka yang sering datang dan memadu kasih
di sini. Tapi terserahlah sobat semua mau menamai apa. Sebuah taman kecil di
bawah menarik perhatian saya. Ayunan di bawah rindangnya pohon asem China
mengingatkanku semasa TK. Mainan favorit adalah ayunan di bawah pohon waru di
halaman sekolah JJJ
(bernostalgia sedikit ya,,, silahkan bayangkan sekolah TK sobat masing-masing).
Asyik sebenarnya lokasi taman ini, tapi sayangnya menjadi sebuah kebiasaan
orang-orang kita membuang sampah tidak pada tempatnya. Saya juga heran, bermain
ayunan di bawah pohon asem China ini dari beberapa menit lalu, clingak-clinguk
mencari letak tempat sampah terdekat juga tidak ada. Pantas saja kalau begitu.
Kenapa tidak disediakan bak sampah di dekat taman ini?
 |
Penghias taman |
Satu
hal lagi yang menarik di hati. Sebuah bangunan yang terletak di dekat pintu
masuk, sejak kecil selalu menarik perhatian saya. Kincir yang menyerupai sendok
takar susu bubuk, berputar-putar. Maklum dulu masih kecil dan belum tahu itu
apa pernah dijelaskan ayah, tapi tetep aja belum nyampe… he he,,, ternyata,
tempat itu adalah pos klimatologi yang berfungsi untuk mengamati perubahan
iklim di sekitar waduk. Sejak dibangunnya Waduk Cengklik, pos ini sudah turut
serta mengiringi… ya sekitar tahun 1984… (wah,, tua banget ternyata…..)
 |
Pos Klimatologi |
Rindu yang terobati
Setelah puas berkeliling di Waduk
Cengklik dan jeprat-jepret sana-sini, terobati sudah rindu ini. Bukannya rindu
pada seorang kekasih, tapi rindu dengan pemandangan yang ada di waduk ini. Pemandangan
sepanjang jalannya yang dihiasi sawah hijau, juga pemandangan di seputaran
waduk sendiri. Ya, meskipun belum lunas terbayar alias mendapatkan moment terbaik untuk disimpan di memori
dan disebutlah kenangan. Tapi, rasanya sudah terpuaskan karena bisa berkunjung
ke sana dan melihat suasanana yang berbeda dengan cara yang berbeda pula. Berbeda
karena saya kesana tanpa teman, JJJ
alias meluncur sendiri. Sedangkan aku lihat di sekitar ada yang datang dengan
anaknya terus mancing, sama pacarnya terus berduaan. Lain kali, kalau ada
kesempatan pasti bisa melihat moment berbeda dengan cara yang berbeda pula JJJJJ (hopefully) -- lik
Another Picture of Waduk Cengklik :
 |
Pos Pengamatan Volume air |
 |
Salah satu jalur irigasi |
 |
Suasana alam pengobat mata lelah |
 |
Permadani alami |
 |
Salah satu perumahan di dekat Waduk Cengklik |
Komentar
Posting Komentar