Ini Wonolelo yang bikin "Lelo" Jatuh Cinta
Siapa sih yang nggak tahu tentang air terjun? Sudah pasti semua orang tahu. Tapi kalau air terjun yang satu ini pasti belum tentu pernah ke sana. Air terjun Kedung Kayang yang ada di Kecamatan Sawangan, Wonolelo, Magelang, Jawa Tengah. Air terjun ini sempat membuat saya bingung dan harus menyusun sebuah cerita bersambung. Kenapa cerita bersambung? Ya iya ta,,, jadi gini ceritanya. (ce ile,, pakai part-part an segala, kaya film korea aje)
Part I
Beberapa bulan lalu, tepatnya Bulan Januari, saya dan tiga sepupu saya berencana pergi ke sebuah air terjun di daerah Selo-Boyolali. Ketika sang informan ditanya air terjun apa namanya? Dia malah bingung, karena lupa, ia datang ke sana sudah sekitar enam tahun lalu. Itu pun dia tidur di sepanjang perjalanan. Akhirnya Okelah, kita berangkat. Yang pertama dilakukan, janjian ketemu dengan sang informan di barat LP Boyolali. Diiringi doa (karena saat itu musim nggak tentu akhirnya berharap-harap cemas agar tidak hujan). Rombongan berangkat, dan memang benar. sampai di setengah perjalanan gerimis turun. Nekat saja!
Nekat saja karena memang begitu semangatnya. "Semakin naik kog semakin bau belerang ya?", celetuk adikku.
"Iya, mbak acik ini bener nggak? Jalurnya? masa nggak ketemu-ketemu."
"Kayaknya kita salah jalan deh. Masa banyak orang mendaki?"
"Iya, kayaknya ini jalur pendakian deh."
****
"Mas, mas. Mau tanya. Ini bener jalur mau ke Air terjun Selo itu ya?",
"Wah mbak di atas nggak ada air terjun. Ini jalur pendakian."
(Gubrak........... kita salah jalan............)
Akhirnya kita putar arah kembali turun ke bawah. Naasnya pake adegan jatuh segala sepupuku yang satu ini. Motor dibelokkan ke kanan dan, Brakkk!!. Ngelihat kejadian itu jadi ngeri. Akhirnya aku turun dan minta tolong seorang yang turun dari muncak. Kita kembali turun. Udah tinggi banget ya ternyata. Kami berhenti di salah satu rumah yang sedang direnovasi untuk dijadikan pusat informasi pariwisata Kawasan Wisata Selo Boyolali, dan memang benar saudara,,,, kami salah jalan. Seharusnya kami lurus tapi kami ambil kiri. Mangkanya nggak ketemu. Kami coba melanjutkan perjalanan ke arah yang ditunjukkan. Akan tetapi cuaca tidak memungkinkan. Hujan semakin deras saja dan kabut turun makin menyelimuti jalur.
Pada akhirnya kami memutuskan untuk turun kembali dan kembali ke sini suatu saat nanti. Kami pulang ke Boyolali, singgah sebentar di kontrakan saudara di daerah Pulisen Boyolali.
Beberapa bulan kemudian, ya tepatnya Bulan Mei. Akhir bulan Mei kemarin. Salah seorang sepupu saya mencoba mengelabuhi saya. Dulu kan sudah berjanji kalau mau pergi ya bareng-bareng aja. Eh, dia nekat pergi dengan seorang temannya. Kalau belum diridhoi, apapun ya tak akan jadi lancar kan? Motor yang mereka kendarai nggak bisa diajak kompromi. Akhirnya terpaksa turun gunung dan kembali.
Part II
Ini nih. Setelah lama diurungkan karena berbagai kesibukan akhirnya kesampaian juga. Dulu berniat kalau pas musimnya mendukung kita pergi bareng-bareng ke air terjun. Musim yang pas, bulan yang tepat. Juni akhirnya diputuskan. Tanpa rencana tanggal berapa kemarin pas sepupu saya pulang, langsung saya todong.
"Hari Ahad maen yuk!"
"Hari Ahad maen yuk!"
"Kemana?"
"Selo lah, melanjutkan cerita yang belum selesai."
"OK. Siapa aja?"
"Ya, kita berdua aja."
Eh ternyata ada peserta baru yang nimbrung. Si adik satu-satunya ikut. Ya sudahlah akhirnya berangkat bertiga dengan dua motor. Dari Colomadu jam 08.45 berangkat.Sepanjang perjalanan mata kami seakan dimanjakan dengan pemandangan di dataran tinggi. Meskipun sudah pernah melihat pemandangan ini sebelumnya namun rasanya tidak pernah bosan. Ini sebuah kuasa Allah SWT yang pantas disyukuri.
Saat kami melewati jalur Selo-Magelang rupanya agak berbeda. Kalau beberapa bulan lalu melewati jalur ini, jalannya masih rata tapi kini ada perbaikan jalan, pengaspalan tepatnya. Masih banyak aspal yang belum rata jadi motor bekerja rada ekstra. Selain itu di tepian jalur juga banyak perbaikan jalur irigasi. Maklum, daerah ini terkadang longsor bila hujan tiba. Meski begitu, semuanya tidak mengurangi keindahan alam yang ada. Jadi serasa kembali ke Bandung. Aduuuh,,, jadi kangen,,, (^_^) ( ^_^)
Oke, perjalanan masih dilanjutkan.
"Kog nggak sampai-sampai ya? Jangan-jangan kita kesasar lagi?" celetuk sepupuku.
"Masa iya sih, dua kali ke Selo harus nyasar terus? (melakukan pembelaan) Udah tenang aja, kita ikuti aja jalannya."
Akhirnya titik cerah datang. Jembatan besi sepanjang 90 meter terpampang jelas di mata kami. Sayangnya kami tidak mengabadikan momen di jembatan ini. Kapan-kapan lagi mungkin ya, Insyaallah,,,,,
Setelah mengalami beberapa keraguan karena tidak ketemu-ketemu air terjun itu, kami putuskan berhenti sejenak dan yang pasti bertanya pada penduduk asli di sana. Kami diarahkan menuju ke arah Magelang. Hloh kog nyampe Magelang? Dalam hati saya terus bergumam. Kita mau kemana? Kan yang dicari air terjun kog malah ke Ketep Pass?
Kami berhenti kembali bertanya pada penduduk. Katanya kurang dua dusun lagi pasti nyampe deh ke Wonolelo. Oke lah mbak perjalanan langsung dilanjut. Perlahan kami mengendarai motor. Takut kalau kelewatan. Papan petunjuk akhirnya terlihat (Bumi perkemahan Wonolelo-1 Km, Air terjun Kedung Kayang-200 meter (ke arah kiri), Menara Pandang Ketep Pass-4 Km). Well ketemu deh. Langsung belok kiri disambut dua tukang parkir. Nitip pak,,, udah nggak sabar ni pengen liat air terjunnya kek apa. Sang informan baru inget kalau emang ini yang dulu didatangi,,, (ampun deh,,,,)
Harga tiket masuk wisata alam Air Terjun Kedung Kayang ini pun juga relatif murah hanya IDR 4.000/orang dan IDR 13.000 untuk bertiga. Ditambah premi per tiket IDR 300, jadi kalau ditotalkan harga untuk tiga orang adalah IDR 12.900 daripada bingung nyari kembalian 100 perak ya sudah dibulatkan saja ke 13.000. Untuk parkir kendaraan bermotor per unit motor adalah 1.000. Pancen ngirite tenanan. Lingkungan di obyek wisata alam ini terhitung bersih. Dari awal masuk nggak banyak sampah kaya di tempat-tempat wisata yang lain. Ya mungkin karena jumlah wisatawan yang nggak bejibun kaya di tempat-tempat lain kali ya? Tapi kalau dilihat dari motor dan mobil yang diparkir, lumayan ramai juga sih.
Langsung asyikin aja deh menyusuri jalan masuk. Untuk jalurnya sendiri kita diberi dua alternatif, ke kiri untuk melihat air terjun dari atas atau ke bawah untuk mlihat terowongan air plus menikmati air terjun dari bawah, bersama dengan aliran sungai dan bebatuan. Okelah, kita ambil kanan. Lihat air terjun dari dasarnya. Soalnya kalau ambil kiri kita nggak jadi lihat air terjun, tapi lihatnya malah air mengalir. Heheheh,,,,. Nggak mudah perjuangannya ni, untuk dapat melihat dasar air terjun kita harus berjalan menuruni anak tangga serta jalur yang sudah disediakan. Really natural! Anak tangga yang disediakan hanya sepanjang kurang lebih 100 meter, setelah itu jalur berubah menjadi jalan setapak yang bebas dari sentuhan aspal atau pun semen. Tapi saya bersyukur jalan setapak itu tidak dipoles bahan-bahan material bangungan. Soalnya kalau sudah dipoles pasti akan terasa lebih panas dan nggak kerasa alaminya.
Saya sarankan untuk melepas alas kaki Anda. Kenapa? Ya, karena menurut saya inilah sensasinya. Kita bisa menikmati indahnya alam yang asri di bawah langit biru serta udara perbukitan yang khas dengan bertelanjang kaki. Rasanya,,,,, sesuatu banget. Merasa lebih inocent. (^_^) Nilai positif lain yang didapat dari bertelanjang kaki ini adalah, kita bisa melakukan terapi gratis. Bayangkan, setelah penat beraktivitas selama berbulan-bulan, atau berminggu-minggu, atau bahkan bertahun-tahun (itu kalau kebangetan workaholic dan nggak mau menyediakan sedikit waktu untuk berlibur) dengan kaki terpenjara sepatu dari pagi sampai sore, maka inilah saatnya pengakraban kembali dengan alam. Toh kalau lepas alas kaki juga nggak ilang juga seksinya, ha ha ha ha (jadi keinget sama kata-kata seorang teman baru dari Palembang yang saya kenal di Kedung Kayang). Asyik,,
Jalan setapak ini menurun kurang lebih sepanjang 1,5 KM. Tapi saya jamin perjalanan sejauh ini tidak akan terasa melelahkan karena tidak ada suatu kelelahan yang tak terbayar. Di bawah sana surga menanti. Anda bisa memuaskan diri untuk ber-selfie ria atau berpose ala top model yang lagi berpetualang. Jangan lupa diunggah di akun sosmed Anda agar yang lain tahu kalau Kedung Kayang itu benar-benar indah. Well, saya tidak bisa berkata apa-apa selain Subhanallah! Maha Suci Dia yang telah menciptakan ini semua tanpa kesia-siaan. Air yang jernih tidak lagi pasang, karena ini musim panas sehingga air tidak keruh. Langsung saja deh, ambil posisi, take picture! (^_^)
Air terjun Kedung Kayang memiliki ketinggian kurang lebih 7,5 meter untuk air terjun utama. Sedangkan untuk air terjun kecil yang ada di samping air terjun utama adalah kurang lebih 4 meter. Untuk yang takut basah mendekat air terjun utama, air terjun kecil ini dapat dijadikan alternatif berburu gambar yang nggak kalah asyik. Meski nggak setinggi Grojogan Sewu di Karanganyar, air terjun ini tetap memukau. Malah lebih memukau karena suasananya yang nggak terlalu ramai jadi kalau mau jeprat-jepret nggak terlalu banyak orang berlalu lalang.
Nggak cuma view dengan background air aja yang mantap surantap. Batu-batu di sekitar air terjun menambah eksotis pemandangan. Riak air yang memang sedang tidak besar dan banyak dimanfaatkan anak-anak untuk bermain menikmati wisata alam ini. Maklum, anak kecil mereka nggak berani mendekat ke derasnya air terjun.
Ini nih pemandangan yang selalu sayang untuk dilewatkan di sepanjang perjalanan Selo-Magelang, (^_^),mmmm
Kalo yang ini beberapa teman dari luar kota, Gunung Kidul dan Palembang.
Pokoknya perjalanan Selo-Magelang tak akan pernah membosankan. Patut dicoba guys,,, (^_^) |lik|
Saat kami melewati jalur Selo-Magelang rupanya agak berbeda. Kalau beberapa bulan lalu melewati jalur ini, jalannya masih rata tapi kini ada perbaikan jalan, pengaspalan tepatnya. Masih banyak aspal yang belum rata jadi motor bekerja rada ekstra. Selain itu di tepian jalur juga banyak perbaikan jalur irigasi. Maklum, daerah ini terkadang longsor bila hujan tiba. Meski begitu, semuanya tidak mengurangi keindahan alam yang ada. Jadi serasa kembali ke Bandung. Aduuuh,,, jadi kangen,,, (^_^) ( ^_^)
Oke, perjalanan masih dilanjutkan.
"Kog nggak sampai-sampai ya? Jangan-jangan kita kesasar lagi?" celetuk sepupuku.
"Masa iya sih, dua kali ke Selo harus nyasar terus? (melakukan pembelaan) Udah tenang aja, kita ikuti aja jalannya."
Akhirnya titik cerah datang. Jembatan besi sepanjang 90 meter terpampang jelas di mata kami. Sayangnya kami tidak mengabadikan momen di jembatan ini. Kapan-kapan lagi mungkin ya, Insyaallah,,,,,
Setelah mengalami beberapa keraguan karena tidak ketemu-ketemu air terjun itu, kami putuskan berhenti sejenak dan yang pasti bertanya pada penduduk asli di sana. Kami diarahkan menuju ke arah Magelang. Hloh kog nyampe Magelang? Dalam hati saya terus bergumam. Kita mau kemana? Kan yang dicari air terjun kog malah ke Ketep Pass?
Kami berhenti kembali bertanya pada penduduk. Katanya kurang dua dusun lagi pasti nyampe deh ke Wonolelo. Oke lah mbak perjalanan langsung dilanjut. Perlahan kami mengendarai motor. Takut kalau kelewatan. Papan petunjuk akhirnya terlihat (Bumi perkemahan Wonolelo-1 Km, Air terjun Kedung Kayang-200 meter (ke arah kiri), Menara Pandang Ketep Pass-4 Km). Well ketemu deh. Langsung belok kiri disambut dua tukang parkir. Nitip pak,,, udah nggak sabar ni pengen liat air terjunnya kek apa. Sang informan baru inget kalau emang ini yang dulu didatangi,,, (ampun deh,,,,)
Harga tiket masuk wisata alam Air Terjun Kedung Kayang ini pun juga relatif murah hanya IDR 4.000/orang dan IDR 13.000 untuk bertiga. Ditambah premi per tiket IDR 300, jadi kalau ditotalkan harga untuk tiga orang adalah IDR 12.900 daripada bingung nyari kembalian 100 perak ya sudah dibulatkan saja ke 13.000. Untuk parkir kendaraan bermotor per unit motor adalah 1.000. Pancen ngirite tenanan. Lingkungan di obyek wisata alam ini terhitung bersih. Dari awal masuk nggak banyak sampah kaya di tempat-tempat wisata yang lain. Ya mungkin karena jumlah wisatawan yang nggak bejibun kaya di tempat-tempat lain kali ya? Tapi kalau dilihat dari motor dan mobil yang diparkir, lumayan ramai juga sih.
Langsung asyikin aja deh menyusuri jalan masuk. Untuk jalurnya sendiri kita diberi dua alternatif, ke kiri untuk melihat air terjun dari atas atau ke bawah untuk mlihat terowongan air plus menikmati air terjun dari bawah, bersama dengan aliran sungai dan bebatuan. Okelah, kita ambil kanan. Lihat air terjun dari dasarnya. Soalnya kalau ambil kiri kita nggak jadi lihat air terjun, tapi lihatnya malah air mengalir. Heheheh,,,,. Nggak mudah perjuangannya ni, untuk dapat melihat dasar air terjun kita harus berjalan menuruni anak tangga serta jalur yang sudah disediakan. Really natural! Anak tangga yang disediakan hanya sepanjang kurang lebih 100 meter, setelah itu jalur berubah menjadi jalan setapak yang bebas dari sentuhan aspal atau pun semen. Tapi saya bersyukur jalan setapak itu tidak dipoles bahan-bahan material bangungan. Soalnya kalau sudah dipoles pasti akan terasa lebih panas dan nggak kerasa alaminya.
Saya sarankan untuk melepas alas kaki Anda. Kenapa? Ya, karena menurut saya inilah sensasinya. Kita bisa menikmati indahnya alam yang asri di bawah langit biru serta udara perbukitan yang khas dengan bertelanjang kaki. Rasanya,,,,, sesuatu banget. Merasa lebih inocent. (^_^) Nilai positif lain yang didapat dari bertelanjang kaki ini adalah, kita bisa melakukan terapi gratis. Bayangkan, setelah penat beraktivitas selama berbulan-bulan, atau berminggu-minggu, atau bahkan bertahun-tahun (itu kalau kebangetan workaholic dan nggak mau menyediakan sedikit waktu untuk berlibur) dengan kaki terpenjara sepatu dari pagi sampai sore, maka inilah saatnya pengakraban kembali dengan alam. Toh kalau lepas alas kaki juga nggak ilang juga seksinya, ha ha ha ha (jadi keinget sama kata-kata seorang teman baru dari Palembang yang saya kenal di Kedung Kayang). Asyik,,
Jalan setapak ini menurun kurang lebih sepanjang 1,5 KM. Tapi saya jamin perjalanan sejauh ini tidak akan terasa melelahkan karena tidak ada suatu kelelahan yang tak terbayar. Di bawah sana surga menanti. Anda bisa memuaskan diri untuk ber-selfie ria atau berpose ala top model yang lagi berpetualang. Jangan lupa diunggah di akun sosmed Anda agar yang lain tahu kalau Kedung Kayang itu benar-benar indah. Well, saya tidak bisa berkata apa-apa selain Subhanallah! Maha Suci Dia yang telah menciptakan ini semua tanpa kesia-siaan. Air yang jernih tidak lagi pasang, karena ini musim panas sehingga air tidak keruh. Langsung saja deh, ambil posisi, take picture! (^_^)
![]() |
Ga peduli gimana jalannya, yang penting asyikin aja. Semua terbayarkan |
![]() |
Ini nih jalan setapak yang juga bisa jadi "spot" bergaya. Ga ada matinya. |
![]() |
Perfect Background yang musti dicoba |
![]() |
Air Terjun utama dengan ketinggian kurang lebih 7,5 meter |
Nggak cuma view dengan background air aja yang mantap surantap. Batu-batu di sekitar air terjun menambah eksotis pemandangan. Riak air yang memang sedang tidak besar dan banyak dimanfaatkan anak-anak untuk bermain menikmati wisata alam ini. Maklum, anak kecil mereka nggak berani mendekat ke derasnya air terjun.
Ini nih pemandangan yang selalu sayang untuk dilewatkan di sepanjang perjalanan Selo-Magelang, (^_^),mmmm
Kalo yang ini beberapa teman dari luar kota, Gunung Kidul dan Palembang.
Pokoknya perjalanan Selo-Magelang tak akan pernah membosankan. Patut dicoba guys,,, (^_^) |lik|
Komentar
Posting Komentar