Sebuah Jembatan Peninggalan Kolonial nan Eksotis

Salah satu bukti sejarah


Sebuah peninggalan atau sebuah bukti sejarah, atau sebuah saksi bisu? Entah bagaimana masyarakat sekitar menyebutnya. Yang pasti tempat ini memang bersejarah dan menjadi saksi bisu tentang aktivitas-aktivitas yang dilakukan para Tentara Kolonial Belanda di kala itu.


Jembatan yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda di atas Kali Pepe ini menjadi salah satu hal yang membanggakan bagi masyarakat di sekitarnya. (Sebagai catatan saja ya Sob, Kali Pepe pada akhirnya nanti bermuara di Bengawan Solo). Kembali lagi ke jembatan, saya sendiri juga tidak tahu apa yang menjadikan bangga. Meski demikian, perlu diakui, konstruksi jembatan ini sangat kuat. Besi-besi yang telah berdiri sejak puluhan tahun itu masih tetap kokoh dan utuh sebagaimana dulu. Bahkan tak ada cerita terdengar tentang pencurian sekrup yang dilakukan oleh warga sekitar seperti yang sering kita dengar tentang pencurian sekrup di Jembatan Suramadu beberapa waktu lalu. Dan mungkin kebanggaan itu hadir karena di sekitar tempat tinggal mereka ada sebuah bukti sejarah serta saksi bisu tentang kegiatan para menir-menir Belanda kala itu.



Papan jembatan yang menantang nyali
Rangka jembatan yang utuh
Jembatan yang usianya lebih tua dari Negara Indonesia ini berdiri kokoh di Perbatasan Kab.Boyolali-Kab. Karanganyar Jembatan ini sering digunakan warga sekitar sebagai jalan alternatif karena memang dinilai lebih hemat waktu. Memang, saya akui, jembatan ini cukup menantang dan bahkan jadi sangat menantang bagi sebagian orang yang punya nyali ciut. Betapa tidak, Sob? Papan-papan yang ada dipergunakan untuk lewat hanyalah  papan-papan berukuran  30 cm × 100 cm saja. Papan-papan itu disambung memanjang melintasi tengah jembatan. Untuk pejalan kaki ini merupakan sebuah jalan yang asyik dan menyenangkan. Ditambah lagi di bawah jembatan sana mengalir sungai yang masih asri nan hijau yang juga bersih. Namun, hal ini akan berbeda bagi pengguna yang mengendarai motor atau sepeda. Diperlukan nyali lebih untuk melakukannya. Meski demikian, tak sedikit pengendara motor dan sepeda yang memilih jalan ini. Setiap pagi, siang, sore dan bahkan petang.
Kali Pepe yang masih asri & bersih
Selain sebagai jalan alternatif bagi masyarakat sekitar, jembatan ini juga punya fungsi lain. Jembatan ini di desain lebih dari “jembatan” untuk menyeberang sungai. Jembatan ini juga berfungsi sebagai jalur irigasi yang dipergunakan untuk mengairi sawah. Wah.... wah..... bagus nggak tuh? Dua fungsi sekaligus. Ya, di masing-masing ujung jembatan memang terdapat tanggul yang dibagi menjadi beberapa jalur. Dan uniknya lagi,,, uniknya yaitu, jalur irigasi di jembatan ini masih tetap utuh dari dulu. Alias, masih berfungsi. (Perlu diakui, desainernya t.o.p).
Menantang Nyali
Back to the brigde. Jembatan peninggalan pendahulunya Van der Sar dan Van Persi, ini tidak hanya ada satu. Di sebelah utara timur laut sejauh empat kilometer dari jembatan ini juga terdapat jembatan yang sama. Jembatan itu akan saya bahas di posting berikutnya. Satu lagi Sob, jembatan ini bisa jadi referensi photo pre-wedd... he he he

Bangga rasanya masih bisa melihat salah satu bukti sejarah di lingkungat tempat tinggal. Meski tidak seterkenal Lubang Buaya, tapi inilah keunikannya. Jembatan ini masih “perawan” Sob, aliasnya belum terjamah atau terekspose. Dan mungkin bukan hanya jembatan “Ngete” ini yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Saya yakin, masih banyak jembatan serupa yang dibangun di negeri ini. But that was a history. Tidak perduli apakah diekspos oleh banyak media atau tidak, dia akan tetap hidup di hati para pelaku sejarah itu. Dan akan menjadi saksi bisu dari sejarah itu sendiri, dan kita hanya perlu menjaga dan terus menjaganya agar kelak anak-cucu kita bisa melihat bahwa sejarah itu memang ada. (lik)

Komentar

  1. Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi warga sekitar ya.....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jodoh Pasti Ketemu

#Danau Tengah Sawah

Membuat Piring dengan CorelDraw