Hidayah itu Datang karena diupayakan, dan Niat yang Kuat

Sudah lama aku mengenal apa yang disebut dengan jilbab. Ya, kerudung lebar yg dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada (KBBI). Dalam agama islam makna jilbab bukan hanya secara tersurat. Melainkan lebih karena pada dasarnya jilbab adalah sebuah identitas. Identitas bagi seorang muslimah. Jilbab adalah salah satu bentuk ketaatan seorang muslimah pada perintah Tuhannya. 
"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal., karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pembampun Lagi Maha Penyayang" (Al Ahzab(33) - ayat 59).


Rasanya aku sangat beruntung mendapatkan ini semua. Sebuah petunjuk dari Illahi, kesempatan untuk membenahi diri. Saat itu aku sedang berselancar, biasa browsing cari-cari artikel. Bukan tanpa sengaja, dalam batin ini memang sudah lama ada seperti suara lirih untuk berhijrah., membenahi apa yang telah ada pada diriku saat itu. Meskipun dari SD aku sudah diajari untuk berjilbab, namun kala itu aku belum paham sekali apa konteks dan makna jilbab sebenarnya. Aku hanya sebatas berjilbab karena itu kewajiban yang diterapkan sebagai peraturan di sekolah tempat ku belajar. Peraturan ini menjadi wajib karena memang aku sekolah di MI-Madrasah Ibtidaiyah. Seiring berjalannya waktu aku memang menyukai busana itu, namun terkadang aku juga merasa nggak bebas. Bahkan saat upacara bendera pada acara hari Pramuka aku melepas kerudungku. Entah setan apa yang merasuk kala itu. Memasuki jenjang SMP aku memilih untuk masuk ke MTs, atau Madrasah Tsanawiyah. Meski begitu, aku juga belum menyadari pentingnya jilbab itu. Bahkan jilbab hanya aku pakai saat di sekolah, kalau ada waktu bermain keluar dengan teman-teman, aku lebih enjoy tanpa jilbab. Yah, rasanya aku tengah tersesat kala itu. 

Perpisahan  digelar. Harus kuucapkan selamat jalan pada teman-temanku di bangku MTs. Harus mengakhiri manisnya menjadi the secret admirer -nya teman sekelas. Salam perpisahan terucap begitu mengharukan. Kami harus melanjutkan perjalanan, membentangkan sayap leibih lebar ke dunia luar. Di sana masih banyak tantangan menanti. Di bangku SMK pun aku masih setia mengenakan jilbab, hanya saja godaan datang di pertengahan semester. Aku berniat untuk melepas jilbabku. Kuutarakan niatan itu pada ayahku. Tak pernah kusangka, ayahku langsung memintaku untuk membakar semua baju-baju dan jilbab yang ada. Seketika itu aku membatalkan semua keinginanku. Terus kupakai jilbabku meski tak ada rasa cinta dengan pakaian panjang yang terkesan mengurungku. Teman-teman lain kulihat mereka begitu cantiknya tanpa jilbab. Model rambut yang bagus-bagus. Pandangan yang dikaburkan oleh syetan ataukah karena kebodohanku saja. 

Selepas melanjutkan pendidikan satu tahun di sebuah lembaga, aku diterima bekerja. Di sebuah perusahaan penerbitan yang berskala nasional. Aku sangat bersyukur. Dulu jauh sebelum aku diterima di perusahaan ini aku sempat bergumam pada diriku sendiri ingin bekerja di perusahaan penerbit ini. Alamat yang tertera pada salah satu buku ajar milik saudaraku. Kini gumaman itu menjadi nyata. Selama bekerja pun aku tak sadar apa yang aku lakukan. Kala itu masih begitu jahiliyah. Aku memang masih berjilbab, hanya saja jibsi. Begitu bahasa kerennya. Jibsi alias Jilbab Seksi. Ya, karena celana panjang yang melekat, menimbulkan lekuk-lekuk kakiku terlihat. Kemeja pun juga sedikit pressed body. Kala itu pun masih sering kukenakan sepatu hak tinggi. Entah apa yang ada di pikiran laki-laki yang melihat. Aku bahkan tak pernah berfikir tentang pandangan mereka dan pandangan dalam agamaku. Aku hanya merasa PD karena inilah style ku dan ini terlihat stylish

Selang satu setengah tahun, aku merasa ada yang aneh dengan penampilanku. Aku merasa risih, apalagi kemudian aku sadar apa yang dipikirkan orang dengan pakaian seperti ini. Seakan mereka menguliti dan ingin menelanku. Entah apa istilahnya. Akhirnya aku putuskan mengganti style dengan pakaian yang lebih longgar. Ya, seperti ini aku merasa lebih nyaman. Ya, style  seperti kebanyakan wanita muda. Casual mix match with denim style, mereka bilang. Memang sih, lebih PD sekarang. Jeans pun masih kugunakan dalih dengan mencari yang model standart bukan pinsil. Toh, nggak begitu ketat. Mungkin inilah kesalahanku. Berteman bukan dengan orang-orang yang paham dengan ilmu agama, yang sedia mengingatkan yang lainnya dalam kebaikan. Mereka menolelir celah-celah seperti ini. Aku sadar teman-temanku, lingkunganku, mereka seakan tidak begitu mempedulikan hal-hal sedetil ini. Mereka bahkan ada yang berprinsip, ngga sholat ngga apa-apa, yang penting kita sama orang lain itu ngga nyakitin. "Ngga apa-apa maksiat, yang penting sholat tetep jalan, jadi imbang". Mendengar kata-kata seperti itu muncul dari mereka, seakan aku ditampar begitu keras. Ternyata selama ini aku salah memilih teman. Bahwa ternyata selama ini aku berada di lingkungan yang salah. Hati kecilku berontak, menangis. Yang paling aku takutkan adalah, ketika pengaruh-pengaruh buruk ini perlahan memasuki cara berpikirku. Dan memang benar, orangtuaku merasa selama beberapa tahun terakhir ini sikap dan sifatku berubah.

Andaikan aku bisa mengubah jalan hidupku tentu aku akan pergi ke tempat yang bisa memberikanku pengaruh baik. Hanya pengaruh  baik. Benar-benar pengaruh baik. 
Sejalan dengan itu, ayahku sering mendengarkan sebuah siaran radio dakwah. Di sana dijelaskan tentang aturan hidup manusia sesuai dengan Alqur'an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Benar-benar murni sesuai tuntunan. Dari waktu ke waktu, apa yang aku dengar membuatku sadar. Perlahan, aku mencari informasi bagaimana aturan menutup aurat yang benar bagi seorang wanita muslimah. Awalnya memang sedikit berat. Bahkan aku telah mencoba meninggalkan 'gaya jahiliyahku' itu. Bisa, bertahan selama dua minggu saja. Tapi lagi-lagi, celana jeans yang katanya stylish itu menggodaku. Akhirnya aku kembali memakainya. Aku sendiri bingung waktu itu. Kenapa juga ibuku tidak mendukung langkahku. Akhirnya, gaya casual yang sangat keren itu kembali diterapkan. Hingga setiap orang mengenalku dengan gaya itu. Terkadang aku curi-curi kesempatan mengenakan rok, tapi hanya bertahan dua hari. Niatkah?, Pengaruh lingkungan?, ataukah syetan sudah begitu getol menggoda? 

Kajian yang hampir setiap pagi itu, kini terasa menjadi hal yang wajib. Lebih wajib dari sarapan pagi. Bagiku itulah sarapan wajib yang harus aku peroleh, ya, sarapan rohani. Aku merasa janggal ketika tak mendengarkan kajian itu. Hingga muncullah rasa rindu ingin mendengarkannya. Memang benar, apa yang disampaikan oleh sang ustadz. Aku, yang mengaku sebagai muslim sejak lahir rasanya malu. Malu karena ternyata keimananku selama ini hanya secuil. Ngga ada apa-apanya dibandingkan dengan umurku! Aku tak menafikkan setiap nasihat yang disampaikan dalam kajian itu. Justru aku merasa "ini masuk akal". 

Aku tak kuasa menahan tangis setiap kali aku berada dalam kesendirian. Bukan menangisi apa-apa, hanya menangisi diriku sendiri yang salah memilih lingkungan, salah memilih teman. Aku memutuskan untuk mencari lebih banyak informasi sebagai bekal untuk berhijrah. Awal ini terasa sedikit membuatku putus asa. Sudah mencari-cari tapi belum ada hasilnya. Aku tersadar, mungkin Tuhan belum mengabulkan doaku karena ada sebuah tugas yang harus aku selesaikan di tempat ini. Saat ini. Semakin hari aku semakin mencintai-Nya. Aku merasa semakin jatuh cinta dengan agamaku sendiri, jatuh cinta pada Tuhanku. Aku berharap pakaian jahiliyah yang aku tinggalkan sejak 11 Muharram lalu tak pernah menggodaku lagi. Sehingga aku kembali mengenakannya. Setiap orang kaget melihat perubahanku secara fisik. Penampilan yang begitu berbeda dari biasanya. Di awal aku merasa orang-orang 'meremehkan' aku. Mungkin memang ini salah satu jalan Tuhan mengujiku. Bahkan salah seorang dosen favorit pun penasaran dengan penampilanku yang begitu drastis berubah. Kali ini aku hanya berharap bisa tetap istiqomah, berjalan di jalan yang telah Ia tunjukkan. Menikmati setiap proses perbaikan ini. Serta bertemu dengan teman-teman yang sholeh-soleha, sehingga mampu mengingatkan aku dalam kebaikan sehingga keimanan ini terjaga. [lik]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jodoh Pasti Ketemu

#Danau Tengah Sawah

Membuat Piring dengan CorelDraw