Pesan pada Adikku
Rasanya sesak dada ini,
Sulit sekali untuk bernafas,
Mengingat semua cerita ini,
Mungkin itu adalah urusanmu, tapi
itu menyesakkan dadaku,
Sangat sesak, sungguh, sesak
sekali,
Mungkin pandangan kita salah,
Mungkin juga pandangan kita
benar,
Mungkin pula tak ada salah jika
kita turutkan kehendak ayah bunda,
Meski berat,
Aku bahkan tak bisa melakukan
apapun,
Itu karena aku takut,
Takut jika ini semua menyakitkan
hati ayah bunda,
Tapi aku juga merasa lemah karena
tak bisa membela satu-satunya adikku,
Tak berdaya karena tak mampu
menjanjikan masa depan yang lebih cerah,
Kita punya mimpi,
Kita punyai harapan dan
cita-cita,
Tapi kita juga punya aturan,
Jika saja aku bisa melihat masa
depan,
Akan kulihat masa depan kita,
Hhhh, tapi itu semua mustahil,
Itu semua ghaib, tak terlihat,
Kadang kau harus turutkan kata
hatimu,
Tapi tak selamanya kau bisa
perturutkan kata hatimu,
Rasanya aku kembali melihat
diriku lima tahun lalu,
Ya, aku paham, paham sekali,
bahkan sangat paham,
Mimpi yang dipatahkan secara
paksa,
Sakit sekali rasanya, sangat
sakit,
Jika segalanya kita ketahui tanpa
kita coba,
Hidup ini tak kan indah,
Hidup ini tak perlu perjuangan,
Jika saja segalanya bisa kita
ketahui sebelum kita lihat,
Kita mungkin takmembutuhkan mata,
Jika semua yang ada di hati bisa
terucap tanpa kita katakana,
Kit a mungkin tak butuh mulut,
Tapi semuanya berbeda, sayang,
Ya, semuanya berbeda,
Untuk itu Tuhan member kita mata
agar bisa kita lihat apa yang ada dengan hati-hati,
Karena itu Tuhan memberikan mulut
agar kita bisa belajar berucap,
Menyampaikan kata hati kita,
Jika saja aku bisa memberikanmu
sebuah kepastian,
Mungkin cerita ini akan berbeda,
Mimpi kita tak akan pernah
dipatahkan secara paksa,
kadang orangtua perlu belajar bagaimana merajut mimpi dari anak-anaknya
BalasHapus